Galatia 3; 1-14
Sebuah dogeng dari afrika yang
menceritakan tentang seekor burung Udan yang hidup didaerah yang dilanda
bencana kelaparan. Burung ini tidak mencemaskan kelangsungan hidupnya tetapi ia
lebih mencemaskan kelangsungan hidup anak-anaknya yang masih kecil tersebut.
Hari demi hari ia terus mencari makanan bagi anak-anaknya, ketika ia tidak bisa
lagi menemukan makanan bagi anak-anaknya, dalam keadaan terdesak seperti itu ia
melubangkan dadanya sendiri dengan paru-parunya sehingga anak-anaknya menghisap
darahnya sendiri sebagai makanan demi kelangsungan hidup mereka. ketika bencana
itu berlalu, anak-anaknya telah menjadi kuat dan mampu terbang untuk mencari
makanan nya sendiri si induk berani mengorbankan hidupnya demi kelangsungan
hidup anak-anaknya.
Jika anda merasa kagum dengan
sikap heroic si burung udan, seperti itulah juga pengorbanan yang dilakukan
yesus untuk menyelamatkan kita. Dia rela mati, supaya kita yang mati menjadi
hidup. Dia kaya menjadi miskin supaya kita yang miskin menjadi kaya. Dia yang
kudus menjadi kotor, kita yang kotor dikuduskan dan dilayakan. Ia rela dikutuk
supaya kita yang terkutuk menjadi terberkati.
Ironi pengorbanan kristus yang
demikian dengan muda kita abaikan. Bahkan kita mengangapnya biasa-biasa saja.
Buktinya, beberapa seringkah kita menguncap syukur untuk keselamatan yang kita
terima dari pengorbanan kristus? Buti
lain kita berlama-lama hidup didalam dosa. mempermainkan kasih karunia tuhan,
karena hari ini kita meminta apun, hari yang sama kita masih berbuat dosa.
padahal jika yesus tidak memberikan hidup kepada kita, maka kita masih dibawah
kutuk, kemiskinan, kotor, menjijikan, tidak berarti bahkan mati dalam keadaan dosa. Hari ini mari kita
renungkan sejenak pengorbanan kristus dikayu salib untuk kita semua. Renungkan
hingga kita benar-benar bersyukur untuk anugrah tersebut
Sumber; Buletin
mingguan Gereja Kristen Pemancar Injil Kota Samarinda 20/4/2014
“ Pengorbanan untuk kehidupan “